Kembali pada dunia mimpi. Ketika perdamaian hanya sebuah
imaji. Indonesiaku kini diselimuti api dengki. Penguasa berkonspirasi sana-sini agar kepentingannya terpenuhi. Tangan-tangan jahanam penuh kemunafikan menjalar
hingga titik terpencil nurani.
Nurani tak lagi menjadi tolak ukur sebuah nilai kehidupan.
Berbagai cara setan dilakukan demi tercapainya sebuah kepentingan. Kehidupan kini
harus dicerna lebih dalam oleh akal pikiran. Kejahatan terbalut baju zirah
perjuangan. Kebaikan disingkirkan hingga ke relung paling dalam luasnya lautan.
Lautan drama kehidupan.
Organisasi masyarakat yang mengusung tinggi nama sebuah
agama semakin gemar merusak diskotek di berbagai wilayah Indonesia. Merusak rumah-rumah
peribadatan sahabat beda agama menjadi hobi baru para anggotanya. Bahkan, tangan-tangan
mereka tak sungkan menghantam kerasnya kepala seorang waria.
Apa mereka tidak
berpikir bahwa waria juga manusia yang memiliki kesamaan hak?
Bagai kotak Pandora yang mematikan ketika diungkap
sebagai fakta. Media tak pernah berhasil menuntaskan investigasi untuk
membongkar kenyataan dibalik tebalnya baju zirah mereka.
Permusuhan antar umat beragama kian marak di bumi pertiwi
kini. Individu bagai tak pernah menelan pil kewarganegaraan saat duduk dibangku
sekolah dasar. Nila-nilai moral terbangkalai, perjudian dipertontonkan, dan
kemunafikan menjadi makanan sehari-hari yang disajikan sangat menarik oleh
media.
Inikah Indonesia yang diimpikan
oleh para pendiri bangsa?
Inikah Indonesia yang
diperjuangkan oleh beragam suku, ras, dan agama kala itu?
Inikah Indonesia yang
tercipta atas semboyan Bhineka Tunggal Ika?