Sabtu, 09 November 2013

Kenapa Angka?

Disudutkan bukan berarti diam
Disudutkan berarti memliki waktu lebih untuk pengamatan
Entah oleh manusia, atau semesta yang maha baik
Manfaatkan keadaan!



Bermula dari "kenapa?"
Deretan angka mulai muncul dalam kepala
Terlebih pada angka 2

2 bukan beda dengan 3,4,5, dan seterusnya
Tanpa 2, deretan angka tidak sempurna
Dan dengan berkembangnya 2 akan muncul 12,22,32, dan seterusnya

1 sebagai awalan
Tapi jangan lupakan 0 sebagai landasan
Dan untuk 9, engkau sebagai yang terbesar

Terbesar bukan berarti segalanya
Karena 3 akan muncul sebagai hasil penjumlahan dari semua
Percuma besar kepala

7 dikenal dengan keberuntungan
Tapi ia tidak sendiri karena ada 8
4 dan 6 tak perlu merasa kecil, pembuktian nyata jadi legenda

Wahai 5, tetaplah jadi penyeimbang
Bahkan sebagai penerang semesta

Deretan angka bersifat horizontal
Masing-masing telah memiliki peran
Sejalan, seiring, hingga mencipta

Setelah tercipta, kita akan membuka mata
Bahwa deretan vertikal muncul kemudian
Bukan diawal seperti biasa digunakan

Coba pikirkan...

Selasa, 11 Juni 2013

Semoga


Aku butuh jalan keluar
Sebuah jalan yang menuntunku pada keabadian
Bukan sekedar pelarian yang hanya memberikan fana kebahagiaan
Sesaat, kemudian ia hancurkan, lagi, hingga tak bersisa

Aku bukannya mencari kebahagiaan lain
Aku hanya jenuh pada realita yang itu-itu saja
Aku butuh warna berbeda!
Sebuah warna yang tak pernah kurasakan sebelumnya

Sejatinya aku hanya seorang anak manusia
Tak pernah puas dengan kebahagiaan dunia
Aku butuh lebih dari itu semua
Kebahagiaan murni dan menikmati semesta

Aku tidak gila, dan aku yakin itu!

Entah apa yang membuatku menjadi seperti ini
Senang berteriak dalam kebisuan
Senang tersenyum dalam kepedihan
Dan senang merenung untuk mencari hakikat kehidupan

Sekali lagi, aku tidak gila

Senin, 11 Februari 2013

Sektor Vital


Bismillah...

Barusan saya berbincang dengan rekan seperjuangan di media cetak kampus (Majalah) yang saya geluti kurang lebih dari tahun kemarin. Kali ini perbincangan mengenai konten rubrik untuk edisi selanjutnya. Bermula dari masukan-masukan yang berujung pada perdebatan.


Untuk edisi depan majalah tersebut bertemakan "Rahasia SUPERSEMAR". Dari tema sudah dapat ditebak apa konten yang akan terisi nanti. Namun, rekan saya tersebut mengusulkan tentang "ketahanan pangan", pasalnya Presiden kita saat ini, Susili Bambang Yudhoyono menggalakan ketahanan pangan dalam negeri namun kenyataanya impor masih terus dilakukan. Alhasil, petani dalam negeri makin tercekik sebagai dampak dari fenomena ini.

Sejatinya Ibu Pertiwi memiliki kekuatan dalam sektor pangan (pertanian, peternakan, dan perikanan) ditambah lagi kekuatan pajak dalam pemasukan ekonomi negara. Pada negara maju, memiliki pertahanan yang super ketat untuk menjaga stabilitas negaranya. Karena dari kekuatannya itulah negara mereka dipandang dimata dunia.

Sejak zaman penjajahan Belanda sektor vital ini (pangan-pajak) telah dijaga kesuciannya, namun pada zaman kemerdekaan sektor vital ini semakin terjaga setelah diberlakukannya undang-undang. Kala itu Presiden Soekarno mengerti betul apa arti pangan dan pajak tersebut bagi kemalmuran sebuah bangsa.

Kenyataaannya kini, mereka semakin terbangkalai kurang mendapatkan perhatian. Petani, nelayan, hingga peternak tercekik akibat mahalnya bibit dan menurunnya pendapatan untuk mengembalikan modal akibat kalah bersaing dengan barang-barang impor. Lebih parahnya lagi, aparatur negara yang bekerja mengurusi pajak sebagai pendapatan negara malah kocar-kacir dikejar KPK karena diduga KORUPSI.

Semakin dekatnya PEMILU 2014 semoga menyadarkan kita, BANGSA INDONESIA untuk memberi perhatian lebih pada sektor vital ini. Demi menjaga stabilitas negara, kemajuan bangsa, dan derajat yang tinggi dimata dunia. Mungkin petani, peternak, hingga nelayan hanyalah rakyat kecil, namun apa yang mereka berikan pada negara atas jerih payahnya melebihi dari mewahnya kehidupan pejabat negara yang menikmati kuasa KORUPSI.

Pada akhirnya, atas argumentasi saya, rekan saya tersebut mundur. Bahwa usulan ttg "ketahanan pangan" tersebut kurang pas untuk tema "Rahasia SUPERSEMAR". Usulan tersebut lebih pas untuk tema "erosi kredibilitas" yang terbit pada edisi ini. sayang ia telat. hehehehehe

Padahal kalo ide itu muncul lebih awal akan lebih bagus, kredibilitas pemerintah terhadap ketahanan pangan guna menjaga stabilitas negara.

toh seengganya inspirasi berawal dari imaji