Senin, 11 Februari 2013

Sektor Vital


Bismillah...

Barusan saya berbincang dengan rekan seperjuangan di media cetak kampus (Majalah) yang saya geluti kurang lebih dari tahun kemarin. Kali ini perbincangan mengenai konten rubrik untuk edisi selanjutnya. Bermula dari masukan-masukan yang berujung pada perdebatan.


Untuk edisi depan majalah tersebut bertemakan "Rahasia SUPERSEMAR". Dari tema sudah dapat ditebak apa konten yang akan terisi nanti. Namun, rekan saya tersebut mengusulkan tentang "ketahanan pangan", pasalnya Presiden kita saat ini, Susili Bambang Yudhoyono menggalakan ketahanan pangan dalam negeri namun kenyataanya impor masih terus dilakukan. Alhasil, petani dalam negeri makin tercekik sebagai dampak dari fenomena ini.

Sejatinya Ibu Pertiwi memiliki kekuatan dalam sektor pangan (pertanian, peternakan, dan perikanan) ditambah lagi kekuatan pajak dalam pemasukan ekonomi negara. Pada negara maju, memiliki pertahanan yang super ketat untuk menjaga stabilitas negaranya. Karena dari kekuatannya itulah negara mereka dipandang dimata dunia.

Sejak zaman penjajahan Belanda sektor vital ini (pangan-pajak) telah dijaga kesuciannya, namun pada zaman kemerdekaan sektor vital ini semakin terjaga setelah diberlakukannya undang-undang. Kala itu Presiden Soekarno mengerti betul apa arti pangan dan pajak tersebut bagi kemalmuran sebuah bangsa.

Kenyataaannya kini, mereka semakin terbangkalai kurang mendapatkan perhatian. Petani, nelayan, hingga peternak tercekik akibat mahalnya bibit dan menurunnya pendapatan untuk mengembalikan modal akibat kalah bersaing dengan barang-barang impor. Lebih parahnya lagi, aparatur negara yang bekerja mengurusi pajak sebagai pendapatan negara malah kocar-kacir dikejar KPK karena diduga KORUPSI.

Semakin dekatnya PEMILU 2014 semoga menyadarkan kita, BANGSA INDONESIA untuk memberi perhatian lebih pada sektor vital ini. Demi menjaga stabilitas negara, kemajuan bangsa, dan derajat yang tinggi dimata dunia. Mungkin petani, peternak, hingga nelayan hanyalah rakyat kecil, namun apa yang mereka berikan pada negara atas jerih payahnya melebihi dari mewahnya kehidupan pejabat negara yang menikmati kuasa KORUPSI.

Pada akhirnya, atas argumentasi saya, rekan saya tersebut mundur. Bahwa usulan ttg "ketahanan pangan" tersebut kurang pas untuk tema "Rahasia SUPERSEMAR". Usulan tersebut lebih pas untuk tema "erosi kredibilitas" yang terbit pada edisi ini. sayang ia telat. hehehehehe

Padahal kalo ide itu muncul lebih awal akan lebih bagus, kredibilitas pemerintah terhadap ketahanan pangan guna menjaga stabilitas negara.

toh seengganya inspirasi berawal dari imaji